Advertising

SELAMAT DATANG DI BLOG SMK NEGERI 1 KUOK

Rabu, 09 Oktober 2019

Sebuah Catatan Bersampena Bulan Bahasa 2019

SOPAN SANTUN BERBAHASA


Oleh : Adnan.S.Pd
Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 KUOK

Pepatah mengatakan bahasa menunjukan bangsa, bahasa menunjukkan identitas kita. Namun sayang, secara pribadi saya prihatin dengan kebiasaan masyarakat kita sekarang ini yang cenderung kasar dalam berbahasa. Bahasa Indonesia yang susah payah disatukan visinya dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa pemersatu bangsa setelah berabad-abad bangsa ini terbelenggu dalam penjajahan, kini seolah luntur termakan waktu. Bukan Bahasa Indonesianya yang hilang tapi pemaknaan dalam pemakaian bahasa sebagai bahasa yang baik dan santun dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat, orang lebih suka menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul yang cenderung tidak santun
Perubahan orientasi merupakan hal yang tak terelakkan di dalam era globalisai seperti sekarang ini. Orientasi itu akan menimbulkan pula kontak bahasa ragam lisan sehingga percepatan perkembangan bahasa Indonesia akan banyak diwarnai oleh peristiwa kontak bahasa tersebut. Di samping itu, bahasa Indonesia tidak boleh kehilangan fungsi dan lambang sebagai identitas nasional. Masalah kebahasaan tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya..
BAHASA menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter,watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataanyang ia ucapkan. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan,santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi  penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang sarkasme, menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan,memprovokasi, mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang tak berbudi.
Ironisnya, eksistensi dan besarnya alokasi jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah saat ini belum memberikan kontribusi dan korelasi yang berarti terhadap tumbuhnya kesadaran penggunaan bahasa secara verbal yang lemah lembut, santun, sopan,sistematis, teratur, mudah dipahami, dan lugas. Pelajaran tersebut harus diakui belum mampu membangun nilai-nilai estetika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan pembelajarannya masih bersifat kurang komunikatif, dikotomis,artifisial, verbalistis, dan kognitif.
Momentum Idu lfitri beberapa waktu lalu yang melambangkan kesucian hati dan peringatan Bulan Bahasa yang dilakukan tiap bulan Oktober ini seyogianya dapat menggugah kesadaran berbahasa dengan sopan dan santun. Bagi dunia pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa lainnya diharapkan mampu menginternalisaikan dan mengartikulasikan nilai-nilai etika berbahasa dalam perilaku verbal kita sehari-hari. Pusat Bahasa yang berotoritas membina dan mengembangkan bahasa hendaknya lebih berperan nyata lagi dalam mendorongmasyarakat menggunakan bahasa Indonesia yang santun.Lembaga ini jangan hanya berkutat pada riset-riset dan pembakuan bahasa yang hanya menjadi "menara gading" bagi masyarakat.
Sopan santun berbahasa dalam kegiatan proses belajar juga merupakan salah satu tuntutan pendidikan karakter bangsa, tidak hanya kepada peserta didik, juga termasuk guru dan seluruh komponen yang ada di sekolah tersebut.  Sebagai seorang guru, hendaknya kita selalu memperhatikan bahasa-bahasa yang digunakan baik ketika belajar dan di luar sekolah. Mungkin ini (tidak termasuk semua guru), ketika sedang memarahi siswa atau sedang emosi selalu mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak boleh diucapkan didepan siswa. Sehingga kata-kata “ nama hewan, bebal, bodoh kamu,dasar tak punya otak “ dan kata-kata lain tidak keluar lagi dari mulut seorang guru. Memang tidak bisa dipungkiri, kadang kita terbawa arus emosi sesaat. Begitu juga dengan siswa, kadang ada siswa yang memberikan gelar kepada gurunya, saling mengejek dengan sesama teman dan contoh lainnya.
Alangkah damainya hidup ini, apabila kita tetap menjaga sopan santun berbahasa, sehingga tidak terdengar lagi kata-kata yang tidak sopan, mengejek, memaki dan sebagainya.
Karena bahasa mencerminkan pencitraan pribadi, jati diri bangsa,dan keselamatan hidupnya, sejatinya pemimpin bangsa, elite politik, masyarakat, dan setiap diri berupaya menggunakan bahasa dengan sopan, santun, dan beradab.
Pengguna bahasa Indonesia sebenarnya jauh lebih besar dari  bahasa Perancis atau bahasa Arab, tapi dalam forum internasional Bahasa Indonesia atau Melayu belum diakui sebagai bahasa resmi PBB. Jadi mari kita jadi pergunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, jangan malu untuk menggunakannya di manapun. JS Badudu pernah mengatakan, “Hendaknya kita tunjukkan bila kita menggunakan bahasa kita sendiri agar bahasa kita tumbuh menjadi bahasa yang teratur dan mantap.”
Sekaranglah saat yang tepat untuk mengkampanyekan kembali sopan santun berbahasa, baik dalam media elektronik, media cetak atau dalam kehidupan seharihari. Bukankah lebih bijak  mengambil
manfaat yang baik daripada sesuatu yang tidak baik demi perbaikan kualitas anak bangsa ini. Kita harus memantapkan dan menggelorakan kembali semangat Sumpah Pemuda dengan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.  ( ** dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar